Sampai Kapan Dia Akan Terus Berdetak?
Tiap menit jantung kita berdetak 60-100 kali untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Bayangkan betapa berat kerjanya! Lakukan pemeriksaan Apo B dan hs-CRP untuk mengetahui kondisi jantung kita, sebagai ungkapan terima kasih atas kerja kerasnya.
Aterosklerosis Penyebab Utama Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Hingga saat ini, Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi penyebab kematian yang tinggi di dunia, termasuk Indonesia. Siapa saja dan kapan saja bisa terserang olehnya. Penyebab utama PJK adalah penyempitan pembuluh darah akibat menumpuknya lemak yang kita sebut sebagai aterosklerosis.
Proses aterosklerosis terjadi dalam waktu lama dan seringkali tanpa disadari. Banyak faktor yang berperan dalam hal ini, antara lain kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol ‘jahat’ LDL, trigliserida, dan penurunan kolesterol ‘baik’ HDL. Kondisi ini dikenal dengan dislipidemia.
Kolesterol Tinggi Bukan Satu-Satunya Penyebab PJK
Pernyataan yang kita sering dengan seputar PJK adalah ‘Kolesterol saya normal, tidak mungkin saya kena penyakit jantung koroner’. Namun, benarkah demikian? LDL kolesterol atau yang sering dikenal dengan kolesterol jahat sudah cukup lama diketahui berperan dalam mengakibatkan PJK. Namun, saat pengobatan telah berhasil menurunkan konsentrasi LDL kolesterol, risiko PJK hanya menurun sekitar 50%.
Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang berperan mengakibatkan PJK selain LDL kolesterol saja. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa faktor tersebut antara lain Apo B dan hs-CRP.
Apo B Tinggi Memicu Aterosklerosis
Lemak yang berasal dari makanan akan masuk ke dalam pembuluh darah setelah bergabung dengan protein dan membentuk suatu partikel yang dinamakan lipoprotein. Ada beberapa jenis lipoprotein diantaranya VLDL, IDL, LDL, dan HDL. Semua partikel lipoprotein tersebut, kecuali HDL termasuk dalam kategori partikel aterogenik (dapat menyebabkan aterosklerosis).
Komponen protein yang menyusun lipoprotein disebut sebagai Apolipoprotein yang jenisnya juga beragam, salah satunya dikenal sebagai Apolipoprotein B atau Apo B. Apo B merupakan komponen penyusun berbagai partikel aterogenik yang berbahaya bila jumlahnya berlebih. Mengapa? Partikel LDL memiliki sifat mudah menempel di dinding pembuluh darah. Hal ini diperparah oleh adanya komponen Apo B yang membuat partikel LDL tertahan lebih lama di lapisan dalam dinding pembuluh darah yang dikenal dengan lapisan intima.
Semakin banyak partikel yang mengandung Apo B di daerah tersebut, artinya semakin banyak pula penumpukan partikel yang berpotensi mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Akibat penumpukan tersebut, aliran darah menjadi tidak lancar bahkan terhenti. Hal inilah yang banyak terjadi pada kejadian stroke dan serangan jantung.
Karena jumlah Apo B menggambarkan jumlah partikel lipoprotein yang bersifat aterogenik, maka pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memprediksi risiko terjadinya PJK.
high-sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) dan Risiko PJK
Selain akibat penumpukan lemak, aterosklerosis dapat dipicu oleh adanya peradangan (inflamasi) dalam dinding pembuluh darah yang berlangsung lama. Peradangan ini ditandai dengan peningkatan C-Reactive Protein (CRP).
CRP adalah suatu protein yang dikeluarkan oleh hati serta dihasilkan dalam jumlah besar saat terjadi infeksi. Sebaliknya, pada peradangan yang terjadi dalam proses perkembangan aterosklerosis, peningkatan kadar CRP jauh lebih kecil. Meskipun demikian, peningkatannya cukup bermakna bila dibandingkan dengan kondisi normal.
Oleh karena itu diperlukan metode yang lebih sensitif yang dapat mendeteksi CRP dalam jumlah kecil. Metode ini dikenal dengan high-sensitivity C-Reactive Protein.
Untuk dapat memperkirakan risiko terkena PJK yang lebih baik, lakukan pemeriksaan Apo B dan hs-CRP bersamaan dengan pemeriksaan panel lemak.
Siapa saja yang dianjurkan melakukan pemeriksaan Apo B dan hs-CRP?
Seseorang dengan kondisi:
Aterosklerosis Penyebab Utama Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Hingga saat ini, Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi penyebab kematian yang tinggi di dunia, termasuk Indonesia. Siapa saja dan kapan saja bisa terserang olehnya. Penyebab utama PJK adalah penyempitan pembuluh darah akibat menumpuknya lemak yang kita sebut sebagai aterosklerosis.
Proses aterosklerosis terjadi dalam waktu lama dan seringkali tanpa disadari. Banyak faktor yang berperan dalam hal ini, antara lain kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol ‘jahat’ LDL, trigliserida, dan penurunan kolesterol ‘baik’ HDL. Kondisi ini dikenal dengan dislipidemia.
Kolesterol Tinggi Bukan Satu-Satunya Penyebab PJK
Pernyataan yang kita sering dengan seputar PJK adalah ‘Kolesterol saya normal, tidak mungkin saya kena penyakit jantung koroner’. Namun, benarkah demikian? LDL kolesterol atau yang sering dikenal dengan kolesterol jahat sudah cukup lama diketahui berperan dalam mengakibatkan PJK. Namun, saat pengobatan telah berhasil menurunkan konsentrasi LDL kolesterol, risiko PJK hanya menurun sekitar 50%.
Hal ini menunjukkan adanya faktor lain yang berperan mengakibatkan PJK selain LDL kolesterol saja. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa faktor tersebut antara lain Apo B dan hs-CRP.
Apo B Tinggi Memicu Aterosklerosis
Lemak yang berasal dari makanan akan masuk ke dalam pembuluh darah setelah bergabung dengan protein dan membentuk suatu partikel yang dinamakan lipoprotein. Ada beberapa jenis lipoprotein diantaranya VLDL, IDL, LDL, dan HDL. Semua partikel lipoprotein tersebut, kecuali HDL termasuk dalam kategori partikel aterogenik (dapat menyebabkan aterosklerosis).
Komponen protein yang menyusun lipoprotein disebut sebagai Apolipoprotein yang jenisnya juga beragam, salah satunya dikenal sebagai Apolipoprotein B atau Apo B. Apo B merupakan komponen penyusun berbagai partikel aterogenik yang berbahaya bila jumlahnya berlebih. Mengapa? Partikel LDL memiliki sifat mudah menempel di dinding pembuluh darah. Hal ini diperparah oleh adanya komponen Apo B yang membuat partikel LDL tertahan lebih lama di lapisan dalam dinding pembuluh darah yang dikenal dengan lapisan intima.
Semakin banyak partikel yang mengandung Apo B di daerah tersebut, artinya semakin banyak pula penumpukan partikel yang berpotensi mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Akibat penumpukan tersebut, aliran darah menjadi tidak lancar bahkan terhenti. Hal inilah yang banyak terjadi pada kejadian stroke dan serangan jantung.
Karena jumlah Apo B menggambarkan jumlah partikel lipoprotein yang bersifat aterogenik, maka pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memprediksi risiko terjadinya PJK.
high-sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) dan Risiko PJK
Selain akibat penumpukan lemak, aterosklerosis dapat dipicu oleh adanya peradangan (inflamasi) dalam dinding pembuluh darah yang berlangsung lama. Peradangan ini ditandai dengan peningkatan C-Reactive Protein (CRP).
CRP adalah suatu protein yang dikeluarkan oleh hati serta dihasilkan dalam jumlah besar saat terjadi infeksi. Sebaliknya, pada peradangan yang terjadi dalam proses perkembangan aterosklerosis, peningkatan kadar CRP jauh lebih kecil. Meskipun demikian, peningkatannya cukup bermakna bila dibandingkan dengan kondisi normal.
Oleh karena itu diperlukan metode yang lebih sensitif yang dapat mendeteksi CRP dalam jumlah kecil. Metode ini dikenal dengan high-sensitivity C-Reactive Protein.
Untuk dapat memperkirakan risiko terkena PJK yang lebih baik, lakukan pemeriksaan Apo B dan hs-CRP bersamaan dengan pemeriksaan panel lemak.
Siapa saja yang dianjurkan melakukan pemeriksaan Apo B dan hs-CRP?
Seseorang dengan kondisi:
- gangguan lemak/dislipidemia, baik dengan kadar kolesterol yang tinggi maupun trigliserida yang tinggi
- obesitas, meskipun tidak disertai dengan dislipidemia
- kolesterol LDL pada rentang normal
- diabetes
- sedang menjalani pengobatan gangguan lemak terutama pengobatan yang menggunakan kelompok statin
- ingin melakukan uji saring kesehatan terutama untuk melihat profil lemak
0 komentar:
Posting Komentar